Selasa, 31 Mei 2011

Doa Porseni

Alhamdulillaahi Robbil ‘aalamiin Hamday yuwaafii ni’amahu wayukaafi umaziidah

Yaa Robbanaa lakal-hamdu kamaa yambaghii lijalaali wajhikal kariimi wa ‘azhiiimi shulthoonik. Allohumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammaadin wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad.

Ya Allah yang Maha penuh kasih dan sayang, puji dan syukur kami panjatkan kehadlirat-Mu atas segala limpahan rahmat dan karunia yang telah Engkau berikankepada kami.

Pada pagi yang cerah ini atas izin dan ridho Mu Ya Allah,  kami dapat berkumpul untuk bersilaturahmi, mempererat  persaudaraan dan memupuk jiwa sportifitas dalam acara Pekan Olah Raga keluarga besar Perusahaan Kami yang akan kami laksanakan nanti.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Perkasa ….
Bangkitkanlah jiwa sportifitas  dalam diri kami sehingga dapat terbawa dalam keseharian kami, jadikanlah kami insan yang senantiasa amanah dalam melaksanakan tugas  yang menjadi tanggung jawab kami, berilah kami sifat-sifat yang mulia sehingga akan mudah mengamalkan ilmu-ilmu yang kami miliki.

Ya Allah Tuhan Penguasa Jagat Semesta
Jadikanlah Negeri Kami Indonesia, Negeri yang penuh rahmat dan bermartabat,    negeri yang aman sejahtera di bawah lindungan dan naungan kasih sayang Mu.
Jadikan para pemimpin negeri ini pemimpin yang amanah sehingga dapat membawa kesejahteraan kepada seluruh umat

Ya Allah Yang Maha Adil
Karuniakanlah kami lisan yang lembut yang selalu mengingat dan menyebut nama Mu, Karuniakanlah kami hati yang senantiasa bersyukur atas nikmat MU, serta berikanlah kami badan yang sehat untuk menyempurnakan ketaatan kepada Mu
Ya Allah, Karuniakanlah kami iman yang teguh, hati yang khusuk dan ilmu yang berguna dan selamatkanlah kami dari segala malapetaka

Ya Allah Yang Maha Pengampun, Ampunilah segala dosa kami, dosa orang tua kami, para pemimpin kami dan guru-guru kami, serta ampunilah dosa para syuhada yang telah berjuang demi tegaknya Negeri Indonesia yang kami cintai.

Alloohummaghfir lanaa dzunuubanaa waliwaadainaa warhamhumaa kamaa robbayaanaa shighooro.

Alloohumma innaa nas alukal hudaa wattuqoo wal afaafa wal ghinaa. Alloohumma innaa nas aluka ‘ilman naafi’an katsiiron wa ‘amalan shoolihan maqbuulan warizqon halaalan thoyyiban.

Alloohumma innaa nas aluka salaamatan fiddiin, wa ‘aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil’ilmi, wabarokatan fir rizqi. Wa taubatan qoblal maut, wa rohmatan ‘indal maut, wa maghfirotan ba’dal maut.

Allohumma hawwin ‘alainaa fii sakarootil mauti wannajata minan naari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

Robbanaa zholamna anfusanaa wail lam taghfirlanaa watarhamna lanakuunanna minal khoosiriin.
Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyaatinaa qurrota a’yunin waj’alna lil muttaqiina imaama.
Robbanaa Laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitanaa wahablanaa milladunka rohmah innaka antal wahhab.
Robbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah wafil aakhirooti hasanah waqinaa ‘adzaabannaar.
Washolallahu ‘alaa sayyidina Muhammadin wa’alaa aalihi washohbihi wasallam. Subhanaa Robbika Robbil izzaati ammaa yashifuun. Wasalaamun ‘alal mursalin. Wal hamdulillahi Robbil ‘aalamiin.
READ MORE - Doa Porseni

BUSSINESS PLAN : PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS SORGUM

 
I.      Ringkasan Eksekutif
Krisis pangan dan energi yang terjadi akibat meroketnya harga minyak bumi dapat dilihat sebagai peluang bisnis bagi Indonesia sebagai negara tropis basah dengan lahan kosong yang masih luas seperti Indonesia. Apalagi dengan diterapkan ACFTA (ASEAN – China Free Trade Agreement)  dimana negara-negara anggota ASEAN dan China terbebas dari pajak atas 7.000 katagori komoditi dan memberikan status bebas bea bagi semua komoditi tersebut dalam perdagangan bilateral pada tahun 2010, maka tercipta peluang bisnis dengan kawasan yang mempunyai 1,7 Milyar Konsumen.

Perum Perhutani yang menguasai lahan hutan produksi cukup luas di Pulau Jawa dapat berkontribusi dengan mengembangkan sistem budidaya tumpangsari (Multi-cropping) antara tanaman sorghum (Sorgum bicolor) dengan tanaman pokok di Perum Perhutani (misal tanaman kayu putih, murbei dan sejenisnya).  Sorgum merupakan tanaman multi guna dimana seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk pangan, pakan dan bioetanol.

Dengan jarak tanam kayu putih 6 x 1 meter, maka satu hektar dapat ditanami dengan 96.000 batang tanaman sorgum yang dapat dipanen dua kali dalam setahun dengan diselingi tanaman palawija atau padi pada musim hujan. Dalam dua kali  panen pertahun, dari 1 hektar dapat  diperoleh  10 ton biji sorghum, 5 ton komponen pakan ternak dan  3.250 liter bioetanol pertahun. 10 ton biji sorghum dapat menghasilkan 5 ton tepung sorghum.

Dari perhitungan potensi, pendapatan dari sorghum setiap hektar  dapat mencapai Rp 10 juta per tahun baik melalui budidaya sorgum manis, pengolahan biji menjadi tepung dan komponen pakan dan produksi bioetanol dibandingkan dengan produksi minyak kayu putih yang besarnya di bawah Rp 5 juta/ha/tahun.
Oleh karena itu diusulkan budidaya sorghum, pengolahan biji sorgum menjadi tepung dan produksi bioetanol dengan skala 15 ha/tahun untuk menghasilkan tepung 75 ton per tahun dan bioetanol 24.375 liter per tahun yang berpotensi memberikan keuntungan lebih dari Rp  10 juta pertahun sebagai tambahan bagi Perum Perhutani  selain dari produksi minyak kayu putih.

II.    Pendahuluan
2.1.       Masalah Global sebagai Peluang
Menipisnya minyak bumi menyebabkan harga minyak cenderung naik dan fluktuatif serta diikuti oleh kenaikan harga berbagai bahan dan barang yang sangat bergantung pada BBM. Kenaikan BBM di atas US$ 100 per barel pada tahun 2008 telah menyebabkan krisi pangan di negara-negara yang bahan makanannya tergantung pada negara lain dalam supply pangannya (Hambali, dkk. 2008)

Indonesia dinilai tidak termasuk katagori negara rawan pangan, namun mengalami kemandekan dalam inovasi teknologi produksi pangan. Meskipun memiliki lahan kosong yang cukup luas, ketergantungan terhadap beras harus dikurangi karena laju konversi sawah menjadi pemukiman dan industri di Jawa tidak dapat diimbangi dengan pencetakan sawah di luar Jawa, baik karena keterbatasan kondisi dan kualitas lahan maupun ketersediaan sumberdaya manusia. Pemanasan global yang mengacaukan musim juga tidak menguntungkan bagi budidaya padi yang banyak memerlukan air (Sirappa. 2003).
Oleh karena itu diversifikasi pangan mutlak dilakukan dengan pilihan pada tanaman pangan yang dapat tumbuh di lahan-lahan kritis dan perubahan iklim akibat pemanasan global. Dengan mengacu pada kualitas beras sebagai makanan pokok, maka tanaman sorgum merupakan salah satu alternatif.

Terdapat beberapa varietas sorgum yang memiliki biji yang berkualitas pangan, batangnya mengandung gula yang tinggi sehingga dapat dikonversi menjadi bioetanol yaitu bahan bakar nabati yang dalam jangka waktu pendek-menengah harus disiapkan sebagai substitusi bensin (Hambali, dkk. 2008).

Jumlah lahan pertanian yang masih belum tergarap dan lahan kritis kering di Indonesia cukup untuk mengantarkan bangsa Indonesia menuju surpluspangan dan bahan bakar nabati. Dengan demikian, krisis global perlu dilihat sebagai peluang untuk berkontribusi dalam mengatasi masalah-masalah global dan ACFTA perlu dilihat sebagai peluang pemasaran karena dengan adanya ACFTA maka tercipta kawasan dengan 1,7 Milyar konsumen baik pangan maupun bahan bakar (Liputan 6. 2009).

2.2.       Agroindustri berbasis sorgum
Banyak sumber pangan alternatif yang potensial dan dapat dikembangkan  untuk mendukung program diversifikasi dan ketahanan pangan bangsa Indonesia. Salah satu diantaranya adalah sorgum (sorgum bicolor). Menurut ICRISAT-FAO, sebagai pangan dunia sorgum berada di peringkat ke-5 setelah gandum, padi, jagung dan barley (Sirappa, 2003).
Sebagai bahan pangan, biji sorghum biasanya dikonsumsi dalam bentuk roti, bubur, berondong dab keripik. Sebagai pakan ternak unggas, biji sorgum digunakan dalam campuran pakan lengkap. Sedangkan batang dan daun sorgum yang digunakan sebagai pakan ternak ruminansia sering diberikan dalam bentuk segar, hay, silase atau gasture. Selain itu, biji sorgum juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri diantaranya bioetanol, bir, cat, lem, sirup, pati dan makan olahan (Isroi. 2008).

Terkait dengan energi, di beberapa negara seperti Amerika dan India, sorgum telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar etanol (bioetanol). Secara tradisional, bioetanol telah diproduksi dari molases hasil limbah pengolahan gula tebu. Walaupun harga mollases tebu relatif lebih murah, namun bioetanol sorgum dapat berkompetisi mengingat beberapa kelebihan tanaman sorgum dibanding tebu antara lain :
·      Tanaman sorgum memiliki produksi biji dan biomasa yang jauh lebih tinggi dibanding tanaman tebu.
·      Adaptasi tanaman sorgum lebih luas dibanding tebu sehingga sorgum dapat ditanam di hampir semua jenis lahan, baik lahan subur maupun lahan marjinal.
·      Tanaman sorgum memilki sifat lebih tahan terhadap kekeringan, salinitas tinggi dan genangan air.
·      Sorgum memerlukan pupuk lebih sedikit dan pemeliharaannya lebih mudah daripada tebu
·      Laju pertumbuhan tanaman sorgum lebih cepat daripada tebu.
·      Menanam sorgum lebih mudah, kebutuhan benih hanya 4,5 – 5 Kg/ha dibanding tebu yang memerlukan 4.500 – 6.000 stek batang.
·      Umur panen sorgum lebih cepat yaitu hanya 4 bulan dinading tebu yang dipanen pada umur 7 bulan.
·      Sorgum dapat di ratoon  sehingga untuk sekali tanam dapat dipanen beberapa kali.

III.  Kepemilikan, Legalitas dan Profil Usaha,
Perum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 2003 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani)

Saham Perum Perhutani sebagian besar sahamnya dimiliki oleh negara dan kekayaannya dipisahkan berdasarkan peraturan pemerintah.
Sebagai badan usaha milik negara, sifat usaha Perum Perhutani :
-     Membantu pemerintah dalam membangun public utilities,
-     Melaksanakan kebijakan strategis pemerintah
-     Tujuan melindungi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.

Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara yang mengelola seluas 1,7 juta hektar areal hutan produksi di Jawa berpotensi untuk menjadi salah satu kontributor dalam usaha sorgum karena beberapa alasan:
-      Memiliki puluhan ribu areal tanaman perkebunan (khususnya yang dapat ditumpangsarikan dengan sorgum)
-      Memiliki lebih dari 200 ribu hektar lahan kritis yang dapat digunakan untuk budidaya sorgum ditumpangsarikan dengan jenis tanaman kayu yang sesuai
-      Berlokasi di Jawa dengan lahan yang relatif subur dan tersedia infrastruktur dan sumber daya manusia yang memadai.

IV.   Tujuan dan Misi
4.1.  Tujuan usaha
·      Menciptakan pengembangan usaha sekaligus bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
·      Menyediakan lapangan pekerjaan dan memberdayakan masyaralat sekitar
·      Peningkatan penghasilan
·      Peningkatan ketahanan pangan dan energi
4.2.  Misi usaha
·      Mengelola sumberdaya hutan berdasarkan karakteristik wilayah dan meningkatkan manfaat hasil hutan non kayu, agroforestri guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan dengan memberdayakan masyarakat sekitar melalui lembaga perekonomian masyarakat.

V.     Sistem Tanam dan Sistem Produksi
5.1.      Sistem Tanam
§  Sistem Tumpangsari Tanaman Sorgum dengan Tanaman Kayu Putih
Tumpangsari tanaman sorgum pada areal tanaman kayu putih dimungkinkan karena beberapa hal berikut  :
-    Kedua komoditas sama-sama tumbuh dengan baik di lahan kering
-    Kayu putih dipanen dengan cara memangkas secara periodik yang memungkinkan sinar matahari dapat menembus hampir seluruh permukaan areal sehingga memungkinkan sorgum tumbuh dengan baik

5.2.       Sistem Produksi
§  Sistem Kemitraan dengan masyarakat
Terdapat beberapa opsi antara lain :
-    Perkebunan, pabrik dan peternakan secara terintegrasi dikelola sepenuhnya oleh Perum Perhutani. Warga masyarakat di sekitarnya sebagai karyawan.
-    Perkebunan dan peternakan oleh petani, pabrik bioetanol dan tepung sorgum oleh Perum Perhutani.
-    Perkebunan, pabrik dan peternakanskala rumah tangga/kecil oleh petani atau kelompok tani. Perum Perhutani menjadi penampung produk antara serta mengembangkan industri pengolahan lanjut/hilir dan pemasaran.

VI.   Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut :
-     Setiap hektar tanaman sorgum dapat menghasilkan 10 ton biji dan 65 ton batang per 2 periode tanam biji dan ratoon
-     Rendemen bioetanol = 20 kg batang segar menjadi 1 liter bioetanol

6.1.  Biaya Investasi
-     Biaya Pembuatan mesin Bioetanol              = Rp   55.000.000,-
-     Biaya Pembuatan mesin penepungan = Rp   60.000.000,-
-     Jumlah                                                    = Rp 115.000.000,-

6.2.  Biaya Budidaya

6.3.       Biaya Penepungan

6.4.       Biaya Produksi Bioetanol
6.5.       Laba/Rugi


VII. Strategi Pemasaran
a.    Tepung yang dihasilkan dari sorgum dapat dicampur dengan terigu hingga 40% sebagai bahan pembuat kue,  roti, mie dll. Oleh karena itu untuk pemasaran tepung dilakukan kerjasama dengan perusahaan terigu atau pabrik pembuat roti, kue, dll. (P.T. Bogasari).
b.    Untuk Bioetanol dilakukan kerjasama dengan :
-      P.T. Pertamina sebagai alternatif energi
-      Asosiasi apotek sebagai bahan pembuatan etanol 70%
c.    Untuk pakan ternak dilakukan kerjasama dengan koperasi-koperasi peternak sapi di sekitar lokasi penanaman sorgum.

VIII.     Penutup
a.    Dari perhitungan potensi pendapatan, diperoleh hasil setiap hektar lahan mencapai Rp 40 juta/ha/tahun dengan keuntungan lebih dari Rp 10 juta/ha/tahun melalui budidaya sorgum manis, pengolahan tepung dan produksi bioetanol.
b.    Mengingat budidaya sorgum, pengolahan biji dan produksi bioetanol merupakan hal baru, untuk luas tanaman budidaya sorgum  dilakukan seluas 15 ha/tahun untuk menghasilkan tepung sebanyak 75 ton  dan bioetanol 24.375 liter per hari. (haris)

IX.   Daftar Pustaka

Hambali, E; S. Mujdalipah; A. Halomoan; A.W. Pattiwiri. R. Hendroko. 2008. Teknologi Bioenergi. Agromedia Pustaka. Jakarta
Isroi, 2008. Sorgum Manis (http://isroi.wordpress.com/2008/06/23/sorgum-manis/). Diakses 19 Februari 2010.
Liputan 6. 2009. ACFTA, Kado Pahit Awal Tahun  (http://berita.liputan6.com/mendalam/201001/258439/ACFTA.Kado.Pahit.di.Awal.Tahun) . Diakses 14 Februari 2010.

Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan dan Industri. Jurnal Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Makasar.
Supriyanto; B. Purnomo. 2009. Pengembangan Agroindustri Bioetanol Berbasis  Sorgum Secara Terpadu dan Berkelanjutan. (http://www.solex-un.net/repository/id/ecdv/CR4-RR1-ind.pdf). Diakses 19 Februari 2010.
READ MORE - BUSSINESS PLAN : PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS SORGUM

Kubik Leadership

Kubik leadership adalah kepemimpinan yang mengacu pada satuan isi sebuah ruang tiga dimensi yang mengacu pada tiga anatomi kepemimpinan hidup manusia, yaitu keyakinan, aksi dan pekerti manusia sehingga kita menjadi manusia yang utuh lengkap dan sempurna.
Manusia merupakan mahkluk Allah yang diberikan kebebasan untuk memilih dan diberikan kekuatan yang sama.
Pilihan dan kekuatan yang dipilih manusia akan menghasilkan sesuatu sebesar apa yang telah dikeluarkan apakah itu positif atau negative. Manusia yang sukses adalah yang mempunyai pondasi yang kuat dalam pilihan hidupnya sehingga akan menjadikan dirinya menjadi manusia yang mulia. Untuk menjadi manusia yang mulia maka harus mengabaikan hawa nafsu dan mengutamakan kemampuan, prestasi dan iklas.
Usaha yang harus dilakukan adalah dengan berilmu, bersyukur dan bersabar serta ditunjang dengan melakukan:
1) Meningkatkan Kerja Keras, kerja keras memerlukan stamina yang kuat, kedisiplinan, keberdayagunaan, ketersediaan diri yang tinggi,
2) Meningkatkan kerja cerdas, Kerja cerdas memerlukan sebuah kemampuan yang sekaligus dapat berperan sebagai cara kerja, untuk arah perbaikan melalui 3 jenis kompetensi utama yaitu menggunakan expertise, mengkapitalisasi aset, keberperanan di pasar epos,
3) Meningkatkan kerja ikhlas dengan cara bersihkan wadah, isi wadah, perbesar wadah, harumkan wadah berpikir positif,
4) Bersikap yang baik dengan cara berperilaku positif, produktif, Sikap dan prilaku kontribusi
READ MORE - Kubik Leadership

Analisa Usaha Tani : Penanaman Jagung diantara Tanaman Kayu Putih

Salah satu implementasi pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) yang dilakukan Perum Perhutani adalah penanaman tanaman palawija di antara tanaman pokok yang ditanam oleh pihak Perum Perhutani. Pola ini biasa disebut dengan agroforestry. Tujuannya adalah untuk memberi penghasilan tambahan kepada masyarakat di sekitar hutan dan melindungi tanaman pokok yang ditanam oleh Perum Perhutani.

Tanaman jagung merupakan tanaman palawija yang banyak ditanam di lahan-lahan Perum Perhutani terutama di lahan Perum Perhutani dengan tanaman pokok kayu putih, di samping tanaman-tanaman palawija yang lain seperti kacang kedelai, padi gogo dll.

Untuk melihat sejauh mana usaha penanaman jagung di lahan Perum Perhutani, dilakukan pengamatan dan analisa terhadap usaha tani jagung di lahan tanaman kayu putih. Berikut gambaran biaya, penerimaan dan pendapatannya


I. BIAYA
Didalam perhitungan ekonomi usaha penanaman jagung, biaya yang harus diperhitungkan adalah:

  1. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Komponen-komponen biaya yang termasuk di dalam biaya tetap adalah biaya tenaga kerja tetap, biaya penyusutan, dan biaya sewa lahan.

Tabel 1. Investasi Peralatan untuk Pemberantasan Hama

Investasi
Nilai
(Rp)
Masa Pakai
(Tahun)
Penyusutan (Rp)
Hand sprayer 5 bh         @Rp 285.000,-
1.425.000,-
5    
(2 tanam/thn)
142.500,-
Drum (untuk mencampur pestisida)
2 bh   @ Rp 130.000,-
260.000,-
2
(2 tanam/thn)
65.000,-




Total Biaya Tetap
1.685.000,-

207.500,-


  1. Biaya Tidak Tetap (Variabel)
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Komponen-komponen biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel dalam pengamatan ini adalah : biaya tenaga kerja tidak tetap untuk persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Total biaya variabel yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi jagung dapat dilihat pada tabel berikut :
c.    Total Biaya Produksi 
Total biaya produksi diperoleh dari penjumlahan total biaya tetap dengan total biaya variabel. Hasil perhitungan menunjukkan total biaya produksi untuk satu kali proses produksi disajikan pada Tabel berikut :

No
Uraian
Jumlah Biaya
Rp
Keterangan




1.
Biaya Tetap
 207.500

2.
Biaya Variabel
9.181.000





 3.
Total Biaya
9.388.500


II.  PENERIMAAN

Penerimaan adalah hasil yang diterima berdasarkan penjualan hasil produksi.
Untuk panen jagung di lahan kayu putih hasil produksi jagung hanya sekitar 7 ton saja. Harga jual pada saat ini Rp 1.800,-/Kg. Jadi penerimaan yang diperoleh = 7.000 Kg x Rp 1.800,- =Rp 12.600.000,-

III. PENDAPATAN

Pendapatan merupakan selisih dari jumlah penerimaan yang diterima dengan total biaya biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, pendapatan yang diperoleh adalah :

No
Uraian
Jumlah
Rp
Keterangan




1.
Penerimaan
12.600.000

2.
Biaya
9.388.500





 3.
Pendapatan
3.211.500


IV. KESIMPULAN
Usaha tani jagung di lahan kayu putih memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar hutan.
READ MORE - Analisa Usaha Tani : Penanaman Jagung diantara Tanaman Kayu Putih