Selasa, 07 Juni 2011

Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan Alam di Jawa Tengah dan Strategi Pengembangannya

I.            PENDAHULUAN
Agribisnis merupakan seluruh kegiatan usaha yang berkaitan (menunjang dan atau ditunjang) dengan sektor pertanian dalam arti luas baik pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan (Saragih. 2010).  
Agribisnis   merupakan suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari empat subsistem yang terkait satu sama lain. Keempat subsistem tersebut adalah (1) subsistem agribisnis hulu, (2) subsistem agribisnis usaha tani, (3) subsistem agribisnis hilir, dan (4) subsistem jasa penunjang (supporting institution).

Usaha persuteraan alam merupakan salah satu kegiatan agribisnis yang mempunyai rangkaian kegiatan yang cukup panjang mulai dari pertanaman murbei, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera, prosesing kokon, pemintalan dan pertenunan.  Denga menempatkan sistem agribisnis sebagai paradigma baru dalam usaha persuteraan, maka usaha persuteraan memiliki subsistem agrbisnis yang lengkap mulai dari pengadaan sarana produksi, budidaya, industri pengolahan, pemasaran dan kelembagaan pendukung.

Pada setiap subsistem  agribisnis tersebut terdapat berbagai permasalahan, antara lainpengadaan sarana produksi yang belum efisien, bibit unggul dan pupuk yang masih sulit diperoleh, teknologi budidaya masih konvensional dan kurang higienis, teknologi pengolahan kokon (pemintalan) masih belum efisien dan peran kelembagaan kelompok tani dan pemasaran masih kurang.

Dengan melakukan pendekatan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada sistem agribisnis usaha persuteraan alam di Jawa Tengah, diharapkan dapat diperoleh alternatif dan strategi untuk mengatasi berbagai kendala tersebut serta pengembangan usaha persuteraan di Jawa Tengah..

II.         ARTI EKONOMI USAHA PERSUTERAAN ALAM
Kegiatan  usaha persuteraan alam khususnya produksi kokon dan benang sutera dirasakan sangat menguntungkan karena cepat mendatangkan hasil dan bernilai ekonomi tinggi. Teknologi yang digunakan relatif sederhan, tiak memerlukan keterampilan khusus, dapat dilakukan sebagai usaha pokok maupun sambilan yang merupakan usaha keluarga serta dapat dilakukan oleh pris, wanita, dewasa maupun anak-anak. Di samping itu kegaitan ini bersifat padat karya, dapat menajdi sumber pendapatan masyarakat yang menguntungkan, sehingga kegiatn ini merupakan salah satu alternatif meningkatkan peranan sektor Kehutaan dalam mendorong perekonomian masyarakat pedesaan.

III.      PERMASALAHAN
a.   Subsistem Bagian Hulu
Di beberapa kabupaten dimana usaha persuteraan alam berkembang, pupuk untuk kebun murbei masih sulit didapatkan karena bersaing dengan kebutuhan pupuk pada lokasi pertanian lain.
Akibatnya harga pupuk menajdi mahal atau tidak dilakukan pemupukan pada lokasi tanaman murbei sehinga produktivitas tanaman murbei menjadi rendah.
Demikian pula halnya dengan kaporit dan formalin sebagai sarana untuk disinfeksi pada pemeliharaan ulat beberapa waktu sangat sulit didapatkan karena adanya larangan penggunaan kedua zat tersebut, akibatnya banyak ulat sutera pada waktu pemeliharaan terganggu dan memberikan hasil kokon yang rendah.
Selain itu, pada umumnya lembaga-lembaga  yang terkait dengan pengadaan sarana produksi seperti kelompok tani, koperasi unit desa dan lainnya masih kurang berperan. Terbatasnya modal, informasi dan bimbingan serta akses atau kemudaha menjadi kendala utama  dalam pengadaan sarana produksi.
Bibit murbei yang ditanam juga masih bermacam-macam sehingga belum terjamin keunggulannya.
b.   Subsistem Produksi (On-Farm)
Budidaya usaha persuteraan alam terdiri dari 2 kegiatan yaitu kegiatan budidaya murbei dan budidaya pemeliharaan ulat sutera.
Pada budidaya murbei, dilakukan secara konvensional dan menggunakan input yang terbatas. Tanaman murbei setelah dipanen untuk penyediaan pakan ulat sutera biasanya hanya dibiarkan tumbuh begitu saja sampai pemanenan berikutnya.
Budidaya ulat sutera dilakukan belum sesuai standar. Banyak petani pemelihara ulat sutera yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah pemeliharaan ulat sutera baik dalam hal kecukupan pakan, kebersihan ruangan untuk pemeliharaan ulat sutera sampai dengan cara pemanenan kokon yang kurang sempurna.

c.    Subsistem Hilir
Kokon yang dihasilkan dipintal menjadi menjadi benang sutera dan benang sutera kemudian ditenun menjadi benang. Teknologi dan peralatan produksi yang digunakan untuk kegiatan tersebut masih belum standar.
Akibat dari budidaya yang belum pada subsistem onfarm yang tidak mengikuti kaidah bididaya akan menghasilkan kokon dengan mutu yang rendah. Kokon dengan mutu yang rendah sebagai bahan baku pada pemintalan benang sutera akan menghasilkan benang sutera dengan mutu yang rendah pula ditambah lagi dengan kondisi mesin pintal yang.masih belum standar. Akibatnya kain sutera yang dihasilkan pun akan menjadi rendah.
d.   Subsistem Pelayanan Pendukung
Peran kelembagaan di tingkat petani  masih sangat terbatas. Di tingkat desa dan kecamatan di Jawa Tengah, peran kelompok tani dalam agribisnis usaha persuteraan alam masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari terbatasnya penyediaan sarana produksi.
Permodalan

IV.        ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS USAHA PERSUTERAAN ALAM
Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Penentuan alternatif strategi dalam pengembangan sistem agribisnis umumnya dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal. Alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi dari berbagai faktor yang diidentifikasi tersebut adalah analisis SWOT. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
4.1.      Analisis SWOT
Implementasi strategi pengembangan sistem agribisnis usaha persuteraan alam berdasarkan analisis SWOT diuraikan berikut ini :
a.        Kekuatan
-  Sumber daya alam Jawa Tengah mempunyai potensi lahan kering yang cukup potensial. Potensi lahan kering untuk pengembangan usaha peruteraan alam + 160.000 ha tersebar di 20kabupaten.
-  Sumber daya manusia :Jawa Tengah mempunyai potensi penduduk yang cukup banyak untuk dapat mengembangkan usaha persuteraan alam.
-  Teknologi budidaya : Jawa Tengah mempunyai potensi modal dasar yaitu  adanya Pusat Pembibitan Ulat Sutera Candiroto di Temanggung Jawa Tengah dan Pabrik pemintalan benang sutera Regaloh di Kabupaten Pati
-  Kondisi agroklimat sangat mendukung untuk pengembanan budidaya sutera, tenaga kerja cukup banyak, teknologi dasar persuteraan alam telah dikuasai serta dimilikinya fasilitas produksi.

b.        Kelemahan
-      Persuteraan alamsudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Namun Jawa Tengah belum intensif mengembangkan persuteraan alam tersebut dan masih sangat terbatas pengembangannya.
-      Belum adanya standarisasi mutu dan harga yang memadai.
-      Intensifikasi budidaya murbei dan manajemen produksi daunnya belum maksimal
-      Harga jual tinggi, namun biaya produksi relatif tinggi
-      Kurangnya sumber permodalan yang memadai
-      Rendahnya tingkat produksi usaha persuteraan alam dengan kualitas kokon yang relatif rendah.
-      Teknologi dan keterampilan yang dikuasai penyuluh/petugas dan petani sutera masih terbatas.
-      Jumlah tenaga teknisi, peneliti danpenyuluh yang menangani kegiatan persuteraan alam sangat terbatas termasuk dukungan sarana dan prasarananya.

c.        Peluang
-      Budidaya murbei semakin berkembang, termasuk dikembangkannya studi pengembangan berupa unit percontohan (demplot-demplot pada beberapa kabupaten.
-      Pengetahuan dan keterampilan budidaya ulat sutera berkembang melalui pelatihan-pelatihan
-      Pasar sutera masih terbuka luas, permintaan masih lebih besar daripada persediaan.
-      Diversifikasi produk sutera beraneka ragam, antara lain sebagai benang bedah, bahan parasut dan lain-lain
-      Adanya permintaan pemasaran kokon dan benang sutera.
-      Kebutuhan benang sutera di indonesia setiap tahunnya cukup tinggi (> 400 ton), sedangkan tingkat produksi baru sekitar 30% dari kebutuhan nasional, khususnya untuk memenuhi kebutuhan industri sutera rakyat.
-      Industri pertenunan sutera alam telah berkembang baik di indonesia.

d.        Ancaman
-      Semakin berkembangnya teknologi memungkinkan munculnya barang substitusi yang berkualitas dengan harga yang relatif rendah.
-      Rangkaian kegiatan persuteraan yang cukup panjang membutuhkan kebersamaan dan keterpaduan semua instansi yang terkait. Jika keterpaduan dankebersamaan tidak dikembangkan dapat mengancam terhadap keefektifan dan keefisienan usaha pengembangan
-      Dengan adanya globalisasi perdagangan, maka munsul ancaman produksi persuteraan alam dari luar negeri.

4.2.    Alternatif Strategi dan Kebijakan
Pembangunan sistem agribisnis merupakan salah satu landasan dalam pengembangan ekonomi Indonesia. Pembangunan pertanian yang di dalamnya mencakup pengembangan sistem agribisnis, mulai dari subsistem agribisnis hulu sampai hilir serta subsistem penunjang. Kelemahan pada subsistem agribisnis hulu , seperti benih dan sarana produksi akan berdampak pada produksi, kelemahan di sektor hilir menyebabkan ketidakmampuan untuk memperoleh nilai tambah dan produk rentan terhadap fluktuasi harga (Saragih. 2010). Oleh karena itu, strategi pembangunan agribisnis usaha persuteraan alam harus didasarkan pada sistem mekanisme pasar terkendali, dimana Pemerintah ikut berperan agar setiap pelaku usaha persuteraan alam dapat berperan optimal.

a.    Upaya Pemberdayaan
Upaya pemberdayaan dilakukan terahdap kelompok usaha persuteraan alam yang dilakukan melalui proses pendidikan yang berkelanjutan dengan menerapkan prinsip “menolong diri mereka sendiri” dan berlandaskan pada peningkatan kemampuan menghasilkan pendapatan.
Dalam rangka pemberdayaan yang perlu dilaksanakan antara lain :
·         Pembuatan model usaha persuteraan alam pada daerah prioritas.
·         Fasilitasi dalam bentuk pendidikan, latihan dan penyuluhan antara lain bimbingan dalam hal  kerjasama kelompok dan antar kelompok,
·         Memberikan bantuan-bantuan sarana dan prasarana
·         Memberikan bantuan modal berupa kredit dengan bungan rendah sehingga mereka mampu menjangkau (akses) terhsdap sumberdaya, permodalan, teknologi dan pasar.
b.    Pengembangan Kemitraan
Dalam rangka memperkuat usaha persuteraan alam yang efisien dan bedaya saing, harus ada kemitraan antara usaha ekonomi skala besar dengan usaha petani/perajin persuteraan alam.
Dalam rangka pengembangan kemitraan, yang perlu dilaksanakan antara lain :
·         Penyusunan pedoman pola kemitraan
·         Monev usaha persuteraan alam dengan pola kemitraan
·         Mengadakan pertemuan, tukar menukar informasi antar stake holder usaha persuteraan alam dengan pola kemitraan dan pameran.
c.    Peningkatan daya saing
Dalam rangka efisiensi dan upaya untuk memperkuat daya saing produksi usaha persuteraan alam, maka harus dibangun usaha persuteraan alam melalui pendekatan sistem agribisnis yang efisien dan berdaya saing tinggi.
Keunggulan bersaing tidak akan mampu dicapai bila hanya satu subsistem saja yang berkembang, sementara subsistem lainnya tidak berkembang. Tingkat berkembangnya secara keseluruhan ditentukan oleh subsistem dari agribisnis yang paling belakang. Oleh karenanya, perkembangan antara subsistem agribisnis haruslah berjalan secara simultan dan harmonis.
Kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah :
·         Sarana produksi hendaknya tersedia untuk petani dengan harga wajar. Diperlukan kemudahan, koordinasi dan kontrol yang baik agar semua instansi terkait dapat berperan secara nyata, termasuk informasi kebutuhan pasar.
·         Teknologi budi daya persuteraan alam perlu terus disosialisasikan terutama budidaya yang efisien dan berkelanjutan.
·         Teknologi pengolahan hasil harus diterapkan disertai diversifikasi produk-produk setengah jadi dan siap pakai (pakaian sutera) untuk meraih nilai tambah.
·         Pengembangan pemasaran dan pengendalian perdagangan benang sutera dipasaran.


V.           KESIMPULAN
Strategi pengembangan usaha persutearaan alam di Jawa Tengah adalah mengembangkan usaha budidaya pada lahan yang sesuai, serta menerapkan teknologi dan peralatan yang standar pada pelaksana produksi persutaraan alam, sehinga diperoleh mutu produksi yang tinggi
Daya saing produk persuteraan alam dapat ditingkatkan melalui  peningkatan produktivitas dan kualitas serta diversifikasi produk.
Pembinaan pelaku ekonomi budidaya persuteraan alam yaitu BUMN, BUMS, Koperasi dan Kelompok sutera diharapkan akan memperlancar pemasaran produksi persuteraan alam, terutama yang berasal adri petani/perajin.

DAFTAR PUSTAKA

Saragih. 2010. Agribisnis : Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. P.T. Penerbit IPB Press. Bogor.
Sukiman, Atmosoedarjo; Kartasubrata, Junus. M. Kaomini; W. Saleh; W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar