Selasa, 05 Juli 2011

Peranan Manajemen Teknologi Agribisnis Pada Usaha Minyak Kayu Putih

Pendahuluan
Agribisnis sebagai seluruh kegiatan usaha yang berkaitan (menunjang dan atau ditunjang) dengan sektor pertanian dalam arti luas (pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) merupakan sektor usaha yang sejalan dengan basis sumberdaya (resources base) Indonesia (Anonim. 2009) dan karenanya menjadi satu-satunya sektor usaha yang terbukti memiliki daya tahan tehadap krisis ekonomi yang. menimpa Indonesia sejak tahun 1997. keberhasilan pengembangan agribisnis dengan sendirinya akan mewujudkan basis ekonomi rakyat yang kuat  (Wrihatnolo. 2008).
Namun demikian, produk agribisnis Indonesia masih lemah berhadapan dengan membanjirnya produk dari negara-negara lain sebagai konsekuensi globalitas dan perdagangan bebas. Karenanya, produk agribisnis Indonesia haruslah memiliki keunggulan kompetitif disamping keunggulan komparatif agar mampu bersaing di pasar global.
Minyak kayu putih sebagai salah satu produk agribisnis/agroindustri di Indonesia sebetulnya merupakan salah satu produk yang mempunyai peluang pasar yang masih terbuka lebar.  Saat ini, di dunia hanya ada dua produsen minyak kayu putih, yakni Indonesia dan Vietnam dengan total produksi diperkirakan 600 ton per tahun dengan nilai 2 juta dollar AS. Lahan kayu putih di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur seluas 12.000 hektar bisa menghasilkan 300 ton minyak kayu putih per tahun atau separuh dari total produksi dunia. Sedangkan di Kepulauan Ambon kini hanya memproduksi 90 ton minyak kayu putih per tahun. Namun, dengan tingkat produksi sebesar itu, kebutuhan minyak kayu putih di Indonesia 1.500 ton per tahun belum tercukupi. Oleh karena itu, sampai sekarang Indonesia masih mengimpor 1.000 ton minyak ekaliptus sebagai pengganti minyak kayu putih dengan devisa sekitar 6 juta dollar AS. (Anonim. 2003).
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil produksi minyak kayu putih di Indonesia, agar menjadi produk agribisnis yang unggul dan berdaya saing tinggi.
Pendekatan Teknologi Bagi Pengembangan Produk Minyak Kayu Putih
Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri hasil penyulingan dari daun kayu putih dari spesies Melaleuca cajuput  L. yang memiliki aroma/bau yang khas dan memiliki kadar cineol yang cukup tinggi. Minyak kayu putih banyak disukai orang dan mempunyai manfaat untuk obat-obatan, wangi-wangian dan insektisida. Minyak kayu putih biasa digunakan untuk obat sakit perut, obat kulit, obat reumatik gangguan pencernaan dan ekspektoran. Fungsi tersebut tidak dimiliki oleh minyak-minyak atsiri yang lain.
Untuk menjadi produk unggulan dan berdaya saing tinggi, maka dalam menghasilkan produk minyak kayu putih harus dilaksanakan peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam suatu proses produksi dengan memperhatikan syarat-syarat  dan kriteria mutu yang ditetapkan. Minyak kayu putih harus memenuhi syarat  dan kriteria mutu yang ditetapkan baik untuk dalam negeri (SNI= Standar Nasional Indonesia)) ataupun untuk ekspor (SPS = Sanitary and physosanitory Measures ) yang sering disebut proteksi baru  dalam bidang perdagangan  komoditi hasil pertanian terutama untuk ekspor ke Jepang, Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu berbagai upaya pengendalian hama terpadu dan pengendalian pupuk organik serta teknologi-teknologi lain yang ramah lingkungan perlu terus dikembangkan untuk mengisi ceruk pasar kalangan sadar lingkungan yang semakin luas terutama di luar negeri (Gumbira. 1999).
Untuk memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka penanganan produk minyak kayu putih bisa dilakukan pada pada beberapa kegiatan pokok, yaitu :
1.    Pendekatan teknologi budidaya kayu putih
Dimulai dari teknik pemilihan bibit unggul,  teknik pemeliharaan tanaman kayu putih dengan melakukan intensifikasi pengendalian hama terpadu dan pengendalian pupuk organik.
2.    Pendekatan teknologi produksi minyak kayu putih
Teknologi penyulingan minyak kayu putih menggunakan teknologi yang ramah lingkungan mulai penyulingan daun kayu putih sampai dengan penanganan limbahnya (cair maupun padat). Teknologi penyulingan dengan pemenuhan syarat dan ketentuan penyulingan mulai dari bahan baku, bahan penolong maupun peralatan penyulingan yang  dapat berjalan dengan lancar akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi produk minyak kayu putih. Teknologi penanganan limbah padat dengan menggunakannya kembali sebagai bahan baku boiler dan penanganan limbah cair yang juga dapat dipergunakan kembali untuk air yang dipanaskan di dalam boiler  juga akan meningkatkan efisiensi.
3.    Pendekatan teknologi pengemasan
Berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan akan fisik, kimiawi maupun mikrobiologik, sebagai alat transportasi komoditi maupun alat promosi dan pemberi informasi. Teknologi pengemasan yang baik akan meningkatkan daya saing produk terhadap produk-produk lain sejenis.
4.    Pendekatan teknologi Pemasaran
Harga jual produk minyak kayu putih yang rendah, teknik pemasaran yang tepat dan cepat akan meningkatkan daya saing dalam penjualan produk sehingga bisa menjadi salah satu keunggulan kompetitif.


Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan pendekatan-pendekatan teknologi tersebut di atas dilakukan suatu manajemen teknologi agribisnis  yaitu suatu sistem yang difokuskan untuk mengorganisasi dalam mencari jalan untuk meningkatkan produktivitas dan mempersingkat waktu pelayanan (market) dengan produk berkualitas tinggi dan biaya rendah.
Dengan melaksanakan manajemen teknologi agribisnis, maka produk minyak kayu putih sebagai produk agribisnis/agroindustri yang dihasilkan akan mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, sehingga bisa  bersaing di kancah perdagangan global.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Agribisnis. (=http://id.wikipedia.org/wiki/agribisnis). Diakses 28 oktober 2009
Gumbira, E.S. 1999. Manajemen Pasca Panen Produk Agribisnis dan Agroindustri untukEkspor.http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/baijournal/Endang_Gumbira_Said_manajemen_pasca.pdf. diakses 3 November 2009
Gumbira, E.S. 2001. Pertimbangan Teknologi Dalam Pemberdayaan Pertanian Agribisnis Dan Agroindustri Yang Berkelanjutan. (=http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptipbmma-gdl-grey-2001-e-4718-egum&q=teknologi%20agribisnis). Diakses 3 November 2009
Nelawati. 2004. Analisis manajemen teknologi untuk meningkatkan inovasi perusahaan (studi kasus pada industri pengolahan rotan pt. fairco agung kencana).(=http://elibrary.mb.ipb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=mbipb-12312421421421412-nelawati-654&q=manajemen%20teknologi.) Diakses 2 November 2009
Wrihatnolo, R.. 2008. Daya Saing Nasional dan Agroindustri (Suatu Pendekatan Pembangunan Lintas sektor (http:// www.bappenas.go.id/get-file-server/node/2858/) . diakses 4 November 2009
Anonim, 2003. Pasokan kayu Putih masih andalkan impor. (=http://www.bisnisjakarta.com/artikel.html?kategori=Bisnis_Jakarta&id=1204). Diakses 3 November 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar